š Jumlah Penari Yang Menggunakan Topeng Pajegan Yaitu
Dalamhal ini penari Topeng Sidakarya disebut āTopeng Pajeganā, karena dia harus menarikan berbagai peran. Dalem Sidakarya hanya muncul pada saat akhir yakni ketika membuat tirtha. Karena itu sebelumnya āpenari pajeganā ini melakukan improvisasi dan monolog untuk mengantar pada kemunculan Dalem Sidakarya.
Angsaakan diberi banyakmakanan melalui selang yang dimasukkan ke dalam tenggorokannya. bagian yang tidak sama yaitu Bali Utara dengan dataran rendah yang sempit dan kurang landai dan Bali Selatan dengan dataran rendah yang luas dan landai. Topeng Pajegan dan Wayang Wong, sedangkan balih-balihan antara lain ialah Legong, Parwa, Arja
Penariyang terdiri dari wanita dewasa menari sambil membawa perlengkapan sesajen. dan perayaan di dalam pura. Cerita Topeng Pajegan didasarkan dari Babad Bali yang menceritakan kisah raja-raja Bali dan menteri-menterinya. Dicatat oleh Pihak Bali yang kalah dalam jumlah maupun persenjataan tidak ingin mengalami malu karena menyerah,
salahsatu pelaku seni yang ditemukan yaitu Bapak Nyoman Suma Argawa di Kecamatan Sawan. Beliau seorang seniman serba bisa, pelukis, pematung (membuat Topeng), penabuh, dan penari, mengukir/memahat/ membuat kreasi topeng ditambah keahlian menari membuat beliau sering diundang ke seantero dunia, seperti, Belanda/Eropa dan Asia.
Pakarseni tari Bali I Made Bandem [8] pada awal tahun 1980-an pernah menggolongkan tari-tarian Bali tersebut; antara lain yang tergolong ke dalam wali misalnya Berutuk, Sang Hyang Dedari, Rejang dan Baris Gede, bebali antara lain ialah Gambuh, Topeng Pajegan, dan Wayang Wong, sedangkan balih-balihan antara lain ialah Legong, Parwa, Arja
Berdasarkanjumlah pemain dan cara penyajiannya, seni tari terbagi menjadi 4 jenis, yaitu tari tunggal, tari berpasangan, tari kelompok, dan tari massal. penari tarian ini pasti akan menggunakan topeng sebagai
PeristiwaSurat Sultan Abu Hayat kepada raja Portugal João III dan yang merupakan naskah pertama dalam Bahasa Melayu Klasik ditulis Kelahiran Santo Petrus Kanisius di Nijmegen Belanda Kematian 27 April Ferdinand Magellan penjelajah Portugis yang berlayar atas nama Spanyol lahir 1480 Peristiwa 7 Februari Mikhail Romanov menjadi Tsar Rusia
Gambarkantiga jenis pola lantai yang bisa digunakan penari dengan jumlah penari 8 orang. Dranh_cute 4 months ago 5 Comments. Table of Contents. 1. Pola lantai garis lurus; 2. Pola lantai garis lengkung; Seperti diketahui, saat melakukan pertunjukan tari, baik yang dilakukan sendiri, berpasangan, maupun berkelompok, biasanya para penari
TariTopeng Pajegan, Topeng Panca, Drama Tari Gambuh dan Wayang Gedog Seringkali jenis balih-balihan ini menggunakan lakon-lakon yang populer di masyarakat saat itu untuk membuka kesempatan masuknya emosi penonton ke dalam pergelaran, sehingga penonton merupakan bagian yang sama pentingnya dengan penari dan penabuh pada pergelaran
. Berbagai jenis tarian tradisional di Indonesia memiliki keunikan masing-masing. Keunikan tersebut dapat berupa gerakan, kostum, properti, alur cerita, serta sejarah terciptanya suatu tarian. Salah satunya adalah Tari Topeng, sebuah tarian asli Indonesia yang berasal dari Cirebon, Jawa Barat. Tari Topeng adalah tarian daerah dengan ciri utama penari yang mengenakan topeng. Masing-masing topeng yang digunakan oleh para penari mempunyai karakter yang berbeda dan semakin menambah keunikan warisan budaya ini. Penari topeng disebut sebagai Dalang karena setiap penari memerankan tokoh yang berbeda-beda. Tarian ini dapat dipentaskan oleh seorang penari maupun dalam jumlah banyak atau kelompok. Sejarah Tari TopengMakna dan FilosofiPementasan Tari Topeng1. Pagelaran Komunal2. Pagelaran Individual3. Pagelaran BabaranganStruktur PenyajianJenis Tari Topeng1. Topeng Panji2. Tompeng Samba3. Topeng Rumyang4. Topeng Tumenggung5. Topeng KelanaGaya Tari Topeng Cirebon1. Cipunegara2. Celeng3. Gegesik4. Palimanan5. Brebes6. BeberPerlengkapan Tari TopengAlat Musik PengiringLagu Pengiring Tari TopengKeunikan Tari Topeng Tarian topeng telah ada sejak abad ke 10 Masehi. Tari topeng berkembang pada abad ke 10 Masehi hingga 16 Masehi pada masa pemerintahan Prabu Panji Dewa atau Prabu Amiluhur. Prabu Panji Dewa adalah Raja Jenggala di Jawa Timur. Kemudian seiring berjalannya waktu, tarian ini tersebar ke beberapa daerah di Jawa Barat, salah satunya adalah Cirebon. Saat tarian masuk ke Cirebon, tarian ini berbaur dengan kesenian lokal sehingga menciptakan tarian yang khas. Tari topeng memiliki makna, filosofi, dan simbol tertentu, seperti percintaan, kepeimpinan, serta kebijaksanaan. Dalam pementasaannya, hal-hal tersebut akan disampaikan kepada penonton agar dimengerti dan dapat memetik pelajaran dari tarian ini. Bahkan menurut cerita yang beredar di masyarakat, Sunan Gunung Jati dan Sunan Kalijaga pernah menggunakan tarian ini sebagai media dakwah untuk menyebarkan agama Islam serta sebagai tari hiburan di lingkungan keraton. Tari topeng juga menjadi dasar terbentuknya tarian lain yang lebih spesifik, seperti tari Tari Topeng Panji, Tari Topeng Samba, Tari Topeng Rumyang, Tari Topeng Tumenggung dan Tari Topeng Kelana. Sedangkan jumlah topeng yang digunakan disebut Panca Wanda karena berjumlah 5 topeng. Makna dan Filosofi Pada awalnya, gelaran tari topeng hanya dilakukan di lingkungan keraton. Akan tetapi seringin berkembangnya waktu, tarian ini juga digelar di masyarakat sebagai sarana hiburan. Selanjutnya tari topeng juga difungsikan sebagai media penyeabran agama Islam. Oleh sebab itu tarian ini dikemas menjadi pertunjukkan yang bermuatan filosofis dan lebih berwatak atau wanda. Pengemasan tari topeng tersebut bertujuan untuk menggambarkan ketaqwaan dalam beragama serta sebagai contoh sifat dan perilaku manusia, antara lain Makrifat Insan Kamil adalah tingkatan tertinggi manusia dalam beragama serta telah sesuai dengan syariat adalah penggambaran manusia berilmu sehingga telah memahami tentang hak seorang hamba dan sang adalah gambaran manusia yang telah hidup serta menjalan agama dalam berperilaku adalah gambaran manusia yang memasuki atau mengenal ajaran Islam. Tidak hanya unsur-unsur hiburan, kesenian tari topeng juga memiliki pesan-pesan tertentu. Beberapa diantaranya diartikan dalam bentuk simbolik, dimana perlu pengertian agar mampu menerjemahkannya dan menerapkan dalam aspek kehidupan. Oleh karena itu, tarian topeng juga dianggap memilki nilai pendidikan, meliputi kepribadian, cinta, angkara murka dan penggambaran hidup manusia dari lahir hingga dewasa. Pementasan Tari Topeng Pada zaman dahulu, pagelaran tarian topeng diadakan ditempat terbuka berbentuk setengah lingkaran. Pementasan tersebut umumnya bertempat di halaman rumah dengan penerangan menggunakan obor. Seiring perkembangan zaman dan teknologi, saat ini pementasan tari topeng dilakukan di dalam Gedung dengan hiasan lampu penerangan. Tujuan dari pentas tarian topong dibagi menjadi 3 bagian, yaitu 1. Pagelaran Komunal Pagelaran ini diselenggarakan untuk seluruh elemen masyarakat. Dapat dikatakan dalam pementasan komunal, semua masyarakat turut berpartisipasi. Acara ini dirangkai sedemikian rupa dan spektakuler dengan adanya arak-arakan dalang serta atraksi yang memeriahkan acara. Umumnya pagelaran tari topeng komunal diselengggarakan lebih dari satu malam. Contohnya adalah hajatan desa, ngunjung atau ziarah kubur dan ngarot kasinom atau aca kepemudaan. 2. Pagelaran Individual Acara ini merupakan gelaran secara perseorangan atau individu. Biasanya diadakan sebagai hiburan pernikahan, khitan, khaulan, serta hajat ketika nazar terpenuhi. Pementasan tarian topeng secara individu umumnya digelar di halam rumah. 3. Pagelaran Babarangan Pagelaran tari topeng babarengan adalah pementasan dengan mengelilingi kampung yang dilatarbelakangi inisiatif dalang topeng sendiri. Biasanya pementasan ini dilakukan saat sebuah desa tengah panen atau perkotaan yang sedang merayakan peringatan tertentu. Sedangkan bila dilakukan sebelum panen, umumnya dipentaskan saat desa mengalami kekeringan dan sepi penduduk. Struktur Penyajian Tari topeng Cirebon dulunya dipentaskan ditempat terbuka dan membentuk setengah lingkaran. Acara tersebut digelar di halaman rumah, panggung atau bale, tenda atau blandongan. Dalam acara tarian ini ada dua struktur pertunjukkan yang digunakan, antara lain Topeng Alit Struktur tari topeng alit adalah acara sederhana, meliputi jumlah penari yang sedikit, dalang, pelatanan, kru dan penyajian. Biasanya topeng alit dipentaskan oleh 5 sampai 7 orang penari. Karena keterbatasan penari, maka gelarannya bersifat multi peran, sehingg seluruh wiyaga atau penabuh gamelan serta dalan ikut dalam alur cerita. Topeng Gede Tari topeng gede adalah penyempurnaan struktur tarian topeng alit. Pada kategori ini memuat lima babak yang dilengkapi lakon dan jantuk atau nasihat di akhir acara. Musik pengiring tarian sangat lengkap sehingga mampu mengiringi pementasan secara sempurna. Jenis Tari Topeng Biasanya pementasan tarian topeng terdapat 5 peran yang diperankan dengan topeng-topeng yang berbeda. Masing-masing tipeng memiliki karakter dan gambaran tersendiri, meliputi bentuk dan warnanya. Berikut ini adalah 5 jenis topeng dalam tarian ini, yaitu 1. Topeng Panji Topeng panji adalah gambaran seorang dalam kondisi suci dan baru terlahir ke dunia. Gerakan peran topeng panjing sangat lembut dan halus. Penggunaan topeng ini memilki makna gabungan antara hakiki diam dan hakiki gerak. 2. Tompeng Samba Topeng ini menggambarkan seseorang yang memasuki fase anak-anak. Karena mewakili anak-anak, maka gerakan tokoh topeng ini sangat lincah dan lucu seperti perilaku anak anak. 3. Topeng Rumyang Seperti topeng-topeng sebelumnya, topeng rumyang juga memilki filosofi tersendiri. Topeng ini adalah gambara seseorang yang memasuki usia remaja. Penari yang mengenakan topeng jenis ini akan membawakan gerakan yang mengandung pesan jika setiap manusia hendaknya berbuat kebaikan. 4. Topeng Tumenggung Topeng tumenggung menggambarkan seseoran dengan sifat tegas serta mempunyai budi pekerti luhur. Karakter topeng ini memberi pesan seseorang yang penuh karakteristik serta memiliki kepribadian dengan loyalitas tinggi. 5. Topeng Kelana Pada pementasan tari topeng kelana menggambarkan seseorang yang mempunyai sifat angkara murka. Penari yang menggunakan topeng ini memerankan tokoh jahat. Meski menonjolkan peran jahat, akan tetapi dapat memberikan pelajaran bawah manusia harus berusaha agar mendapat kehidupan dan kebahagian melalui jalan yang baik. Gaya Tari Topeng Cirebon Gaya tarian topeng berbeda dengan jenis topeng. Jenis topeng dibagi menjadi 5 jenis yang disebut Panca Wanda atau lima rupa, seperti Tari Topeng Kelana, Tari Topeng Tumenggung, Tari Topeng Rumyang, Tari Topeng Samba dan Tari Topeng Panji dimana masing-masing mewakli watak manusia. Sedangkan untuk gaya tari topeng muncul dari desa-desa yang melahirkan gaya baru yang secara adat diakui dan berbeda dengan gaya lainnya. Perbedaan ini diakibatkan penyesuaian selera penikmat dengan nilai estetik gerakan tari diatas panggung. Berikut ini adalah beberapa jenis gaya tari topeng, antara lain 1. Cipunegara Gaya cipunegara tersebar di perbatasa Indramayu, mulaui dari Pegaden hingga bantara sunga cipunegara. Gaya ini juga dikenal sebagai tari topeng menor karena dimainkan oleh penari yang cantikdan bersuara merdu. Selain itu juga disebut sebagai tari topeng jati karena salah pusatnya berada di desa Jati, Cipunegara, Subang. Keunikan dari gaya ini adalah penggunaan bahasa Sunda dan bukan bahasa Cirebon. 2. Celeng Gaya ini mewakili tarian topeng yang berasal dari dusun Celeng, Loh Bener, Indramayu. Gaya celeng pertama kali dikenalkan oleh Ki Kartam yang merupakan dalang dari Majakerta. Meski memiliki keunikan tersendiri, namun secara umum gaya ini cenderung sama dengan gaya tari topeng lain. Misalnya lagu dan musik pengiring yang mirip gaya gegesik dan slangit, serta gerakan hamper mirip gaya pekandangan. 3. Gegesik Sesuai namanya, gaya tari topeng ini tersebar di sekitar Gegesik, Cirebon. Ciri khas gaya ini terletak pada raut karakter topengnya, terutama topeng panji yang berwarna putih dengan raut tenang, mata sipit merunduk tajam, hidung mancung dan senyum terkulum. Gaya ini mulai jelas muncul pada tahun 1980 sampai 2000-an. Pada tahun-tahun tersebut, tari topeng dipentaskan dengan dangdut sehingga disebut Topeng Ć¢ā¬ā Dangdut. 4. Palimanan Tari gaya ini tersebar di daerah Palimanan, Cirebon. Tabuhan gamelan atau tetaluan pada setiap babak tari ini berbeda dengan gaya lainnya. Tetaluan gaya ini cenderung mirip dengan gaya gegesik, sedangkan gerakannya mirip gaya losari. Tabuh gamelan tersebut antara lain Kembang Sungsang untuk babak Panji, Gaya-Gaya untuk babak Samba, Malang Totog untuk babak Tumenggung, Bendrong untuk babak Jingga Anom dan Klana Udeng, Gonjing untuk babak Klana serta Kembang Kapas untuk babak Rumyang. 5. Brebes Berdasarkan Babad Tanah Losari, tarian ini mulai muncul sejak pindahnya Pangeran Angkawijaya dari Kesultanan Cirebon ke Losari, Brebes untuk menghindari konflik internal serta keluar dari kehidupan mewah keraton. Sesampainya di daerah baru, pangeran mengembangkan bakat seninya sehingga tercupta tari topeng brebes. Tarian ini mempunyai ciri khas pada alur cerita serta pengaruh kebudayaan Jawa. 6. Beber Gaya ini muncul sejak abad ke-17 Masehi di desa Beber, Ligung, Majalengka, Jawa Barat. Menurut ahli dalang, tarian ini pertama kali dibawa ke desa Beber oleh seniman yang berasal dari Gegesik, Cirebon. Babak yang terdapat dalam gaya tari ini seperti Panji, Samba, Tumenggung, Jinggananom, Klana dan Rumyang. Gaya beber biasanya dipentaskan malam hari dengan topeng rumyang muncul ketika matahari hamper terbit. Selain gaya tari topeng Cirebon yang telah disebutkan diatas, masih ada beberapa gaya lain seperti gaya Cibereng, Gujeg, Kalianyar, Kreyo, Losarang, Pekandangan, Randegan, Slangit dan lain sebagainya. Perlengkapan Tari Topeng Tidak hanya topeng yang menjadi perlengkapan tarian ini, namun ada beberapa perlengkapan lainnya. Misalnya kostum penari berlengan panjang dan dasi dengan peniti ukon. Ukon adalah mata uang zaman dulu. Selain itu, penari juga menggunakan ikat pinggang yang dilengkapi keris, badong, gelang serta kain batik. Ada pula properti lain, yaitu kain sampur atau selendang, kaos kaki putih setinggi lutut, serta mongkron yang terbuat dari batik lokoan. Pada bagian bawahan, penari topeng mengenakan celana dibawah lutut, serta yang utama adalah penggunaan topeng yang terbuah dari kayu. Penari menggunakan topeng dengan cara menggigit pada bantalan karet yang ada di bagian dalamnya. Sedangkan kepala penari ditutupi dengan penutup bernama sobra yang dilengkapi dengan dua sumping dan jamangan. Khusus penari yang mementaskan topeng tumenggung, maka ada tambahan properti yakni tutup kepala kain ikat serta peci dan kacamata. Alat Musik Pengiring Tari topeng diiringi oleh banyak alat musik yang saling mengisi. Suara-suara yang dihasilkan saling berpadu secara harmonis mengiringi penari dan membawa penonton dalam suasana pentas. Beberapa alat musik pengiring tarian topeng adalah 1 Pangkon Saron1 Pangkon Bonang3 Gong yaitu Kiwul, Sabet, Telon1 Pangkon Titil1 Pangkon KenongSeperangkat Alat Kecrek1 Pangkon Jengglong1 Pangkon Ketuk2 Buah Kemanak1 Pangkon KlenangSeperangkat Kendang, meliputi Ketiping, Kepyang, dan Gendung Lagu Pengiring Tari Topeng Untuk mengiringi pementasan tarian topeng, tidak hanya menggunakan alat musik, melainkan juga menggunakan iringan lagu. Tentunya hal ini menjadi keunikan tari topeng dibanding tarian daerah lainnya. Terdapat banyak lagu yang sering digunakan untuk mengiri pementasan, antara lain Kembangsungsang untuk Topeng PanjiKembangkapas untuk Topeng SambaRumyang untuk Topeng RumyangTumenggung untuk Topeng TumenggungGonjing untuk Topeng Kelana Keunikan Tari Topeng Tarian topeng adalah tari tradisional asli Cirebon, Jawa Barat. Tarian ini memiliki keunikan yaitu adanya 5 jenis topeng yang mewakili watak manusia berbeda, seperti topeng panjing, topeng samba, topeng rumyang, topeng tumenggung dan topeng kelana. Penari yang mengenakan topeng satu dan yang lain mempunyai karakter berbeda dan jalan cerita tersendiri. Pementasan tari topeng merupakan sarana hiburan sekaligus sarana menyampaikan pesan moral kepada masyarakat luas. Pesan tersebut disalurkan melalui topeng dengan simbol-simbol tertentu. Misalnya ajakan untuk hidup dalam kebenanara, mempernayak dzikir dan beristighfar.
Tari topeng satu penari/lebihpenari merak ada 4,6,8 atau lebihpenari reog ponorogo ada 6sampai8 orangpenari gong ada 4-5 orangpenari 7 orang atau lebihpenari sedati ada 8 orangpenari saman ada 10 orangpenari kecak ada melibatkan 500 orang bahka n bisa lebihsemoga membantu
Foto ā Untuk menjadi penari Topeng Pajegan Bali dibutuhkan kemampuan dan pengetahuan yang mumpuni. Tak hanya kemampuan menari, tetapi juga pengetahuan tentang upacara, maupun sumber cerita dari drama yang dimainkan. Pertunjukan ini tak hanya sekadar menghibur, tapi sarat akan makna. Di dalamnya terselip banyak pelajaran moral yang bisa diambil sebagai pedoman hidup. Istilah pajegan berasal dari kata majeg yang berarti melakukan segalanya sendirian. Ini merujuk pada Topeng Pajegan yang ditarikan oleh seorang penari lelaki. Bak teater monolog, seorang diri penari menampilkan suatu cerita dengan menampilkan serangkaian tokoh berbeda. Perbedaan tokoh ditandai dengan pergantian topeng, perubahan karakter suara, dan modifikasi busana tanpa harus berganti pakaian sebelum muncul dari balik layar pentas. Topeng Pajegan digelar pada peristiwa-peristiwa penting dalam daur-hidup manusia, seperti upacara pernikahan, asah gigi, hingga upacara ngaben. Pertunjukan Topeng Pajegan juga digelar dalam upacara keagamaan tahunan di halaman pura. Upacara dan Adat Pertunjukan Topeng Pajegan merupakan sebuah drama upacara yang dimainkan oleh seorang penari yang membawakan sebuah cerita dengan menampilkan sederet tokoh bertopeng dengan watak berbeda. Unsur upacara menjelma pada tokoh yang muncul terakhir, yaitu Sidakarya yang berwajah putih, bergigi tonggos menyeringai, dan berambut panjang acak-acakan. Topeng Sidakarya Foto Sidakarya berarti telah menyelesaikan segalanya dengan sempurna atau yang dapat melakukan tugas. Di akhir pertunjukan, ia melakukan upacara pemberkatan dengan menabur uang logam ke arah penonton, dan āmenculikā anak kecil yang akan ādipersembahkanā kepada dewa pura sebelum akhirnya dilepaskan. Konon, Topeng Pajegan pertama kali digelar di Gelgel sekitar tahun 1665 sampai 1668, menggunakan topeng yang dibawa ke Bali dari Jawa sebagai rampasan perang akhir abad ke-16. Pertunjukan topeng tersebut diciptakan sebagai penghormatan kepada I Gusti Pering Jelantik, patih Gelgel saat itu. Topeng Pajegan jarang ditampilkan di depan umum. Pertunjukannya pun disertai upacara penyucian kembali topeng-topeng keramat. Hal ini mempertegas kedudukan para penarinya di masyarakat. Mereka dikenal sebagai ahli yang sering diminta menggelar upacara secara profesional. Pagelaran Tempat yang dibutuhkan untuk pertunjukan Topeng Pajegan tidak luas. Iringan musiknya berupa gamelan gong. Penari meletakkan sebuah keranjang berisi topeng-topeng di atas meja di balik layar pentas gantung. Setelah sembahyang, pertunjukan dimulai dengan menampilkan tiga tokoh pertama yang berbeda watak. Penari melakukannya tanpa berkata-kata, hanya bahasa isyarat, dalam tarian yang relatif panjang. Tokoh pertama dalam pembukaan adalah perdana menteri atau patih, bersifat kuat dan kasar. Mukanya merah, menandai seorang pemberani tapi mudah marah. Geraknya lebar dan meruang, menunjukkan ketegasan dan kekuatan. Tokoh berikutnya, patih lain, bermuka cokelat dan berkumis tebal, dengan gerak agak lucu bersemangat. Tokoh terakhir melukiskan seorang tua lucu, tetapi berwibawa. Kelakuannya berganti antara mengenang dan memerankan masa muda, tetapi akhirnya tersandung dan mengalah pada kenyataan hidup sekarang. Cerita pun dimulai. Kisah selalu berdasar pada babad cerita sejarah tradisional Bali yang berkaitan dengan kehebatan raja-raja Hindu-Bali dan menterinya. Penari menggubah dramanya dari naskah menurut tradisi, tapi menyesuaikan agar cocok dengan acara yang bersangkutan. Kerangka cerita dasar serupa dengan yang digunakan dalam drama tari Gambuh. Penari berganti-ganti topeng, antara topeng yang menutup seluruh muka dari tokoh bangsawan yang tidak bersuara dan topeng separuh yang dipakai tokoh penasar serta tokoh petani lucu bondres yang memungkinkan petani berbicara. Para raja dan bangsawan menyampaikan pesan dengan bahasa isyarat, sedang punakawan dapat berbicara atas nama tuannya dalam bahasa Kawi atau untuk diri sendiri dalam bahasa Bali. Punakawan yang sering muncul bergantian dengan tokoh lain adalah penasar yang dianggap sebagai anak Semar dalam drama tari Gambuh. Penasar diwakili dua tokoh, yaitu penasar kelihan saudara tua Punta, dan penasar cenikan saudara muda Wijil. Penasar biasanya diwakili Punta yang mengenakan topeng separuh berwarna cokelat dengan kumis hitam lebat dan mata melotot. Dia menyanyi dan menari. Dalam monolog, ia menjelaskan garis besar cerita selanjutnya. Tokoh selanjutnya adalah raja dalem yang mengenakan topeng putih atau hijau muda, lambang tokoh halus. Ia menarikan tarian yang menampilkan kewibawaan, keagungan, dan keindahan. Setelah tarian tunggal panjang, raja masuk ke dalam cerita inti. Dengan gerak-gerik waspada, raja mengisyaratkan melihat seseorang datang. Ia melambai pada orang tersebut untuk mendekat. Raja keluar dari pentas, tapi seolah-olah tetap hadir. Tamu yang datang dari pentas adalah seorang utusan, bertopeng separuh dan berbicara secara bergantian dalam bahasa Kawi untuk raja dan bahasa Bali tinggi ketika menjawab raja. Utusan tersebut akhirnya berangkat setelah menerima perintah, dan kemudian muncul kembali sebagai salah seorang punakawan untuk melanjutkan jalan cerita dengan melawak serta menghibur. Pentas kemudian diambil alih patih, seorang prajurit dan pengambil keputusan yang menjalankan perintah raja. Topeng patih berwarna cokelat dengan mata besar dan kumis yang menakutkan. Sering kali bibirnya terbuka menampakkan gigi atau dapat juga tertutup. Patih mulai dengan tarian pengantar tunggal, bersemangat dan penuh kekuatan, tetapi sekaligus berwibawa dan terkendali. Setelah itu, ia memanggil pelayan, yang tidak tampak di pentas, untuk berkemas dan berangkat menjalankan tugas. Sejumlah bondres menyertai patih. Kasta mereka lebih rendah dan sering kali mewakili orang desa yang teraniaya musuh raja. Kebanyakan bondres berpenampilan cacat dan memakai topeng separuh, misalnya Si Bisu, Si Tolol, Si Gagap, Si Sumbing, Si Tuli, dan Si Genit. Mereka menghibur penonton yang bersemangat dengan lelucon dan senda gurau yang seronok. Tokoh terakhir adalah musuh raja, mengenakan topeng kuning atau merah, berkumis atau bermata besar. Sering kali tampil dengan topeng bertaring, ia mendadak muncul ke pentas sambil berbicara berapi-api dan menggerakkan tangan. Setelah memberi perintah kepada para pengikutnya untuk berkemas, ia menghilang. Patih kembali ke pentas dan membawakan tari perang tanding melawan musuh raja. Dia bergerak ke layar latar panggung dan meja di mana ia memungut topeng raja musuh sebagai lambang bahwa musuh telah dikalahkan dan sekaligus kemenangan bagi sang patih. Cerita berakhir dengan penampilan Sidakarya yang bertopeng putih dan upacara penutup. Ketika seluruh pertunjukan usai dan upacara dilengkapi dengan Sidakarya, para penonton mendekati altar, bersembahyang sendiri-sendiri. Penari menyimpan topeng-topeng ke dalam keranjang setelah mempersembahkan sesajen kepada Dewa Wisnumurti Pelindung Tari, lalu kembali ke desanya. Akhir-akhir ini, banyak penari menyusun naskah cerita pada siang hari dan menampilkan drama tersebut pada malam harinya. Pada Desember 2015, Tari Topeng Pajegan menjadi salah satu dari sembilan tarian Bali yang ditetapkan menjadi Warisan Budaya Dunia oleh UNESCO. * Tulisan bersumber pada I Wayan Dibia, āTopeng Pajeganā, dalam Edi Sedyawati, Indonesia Heritage Seni Pertunjukan, Jakarta Buku Antar Bangsa, 2002, dilengkapi dari sumber-sumber lain.
jumlah penari yang menggunakan topeng pajegan yaitu